Anda boleh saja sangat menggandrungi video game. Namun hobi tersebut jangan lantas sampai membuat Anda terlena dan melupakan dunia nyata. Inilah yang sejatinya harus dipegang para gamer, bersosialisasi jangan terpinggirkan.
Hal ini pun selalu dipegang Hiasdinata atau akrab dipanggil Asdi. Remaja 24 tahun ini menjadi salah satufounder tim game online yang cukup populer di Indonesia -- Treu -- yang sudah ada sejak tahun 2004 dalam permainan Counter Strike dan pada tahun 2009 Treu membentuk tim lagi untuk kompetisi game Pointblank.
Tim ini sebetulnya terdiri dari lima orang. Namun karena alasan kesibukan pekerjaan, maka tinggalah Asdi dan Yulius.
Asdi sendiri memiliki kesenangan tersendiri dalam game online Point Break (PB). Beberapa kali ajang kompetisi berhasil dimenangkan oleh timnya baik dalam game PB atau game lainnya.
"Saya sendiri lebih suka PB cuma beberapa game lain seperti Audition dan Crossfire pernah saya jajali dan menang di situ," kata Adi usai bertanding melawan tim Thailand dalam kompetisi 'PlayFPS International Heroes', di MCC Hall The Mall Department Store, Ngamwongwan, Bangkok, Thailand.
Tahun 2010, lanjut Asdi, dirinya pernah menduduki peringkat ketiga World Cyber Game untuk game Crossfire di Jakarta, bersama tim yang berbeda. Sementara di tahun sebelumnya, Asdi dan kawan-kawan berhasil merebut juara pertama olimpiade game Audition di Bandung.
Anak bungsu dari tiga bersaudara ini mengaku dirinya bukanlah penggila game. Ia masih mementingkan kehidupan nyata seperti bersosialisasi dengan kawan, nongkrong, dan membuka usaha ketimbang menjadi apatis dan bermain game tanpa henti.
Namun empat tahun belakangan Asdi memantapkan niatnya untuk serius terjun di dunia game ini. Bahkan untuk memuluskan langkahnya ia rela tak menggandeng seorang perempuan agar waktunya tak terbagi dengan kaum hawa.
"Saya ini sudah empat tahun jomblo. Demi game, sengaja mantapkan hati tidak pacaran untuk sementara," ujar pria jebolan Universitas Bina Nusantara Jakarta ini mantap.
Ia baru akan mencari kekasih hati usai kompetisi Pointblank Championship bulan desember mendatang. Ia pun mendambakan seorang wanita rumahan yang tak akrab dengan dunia game seperti dirinya.
"Wanita idaman saya yang rumahan saja. Jangan yang suka main game lah biar fokus dalam rumah tangga," ujarnya, sambil tersenyum malu.
Asdi pun menceritakan sebelum serius ke dunia game, orangtuanya sempat melarang dan meminta agar ia mencari pekerjaan 'normal' seperti orang lain. Akhirnya, Asdi pun sempat bekerja di sebuah bank swasta. Tapi ia hanya betah bekerja selama dua bulan sebelum akhirnya memutuskan benar-benar fokus ke game online.
Namun apa mau dikata, bak bergayung sambut setelah ia lulus kuliah dari dua jurusan yang ia geluti yaitu Manajemen dan Sistem Informasi, seorang sponsor dari FPF menawarinya untuk serius terjun ke dunia game. Ia dan timnya pun dibiayai dalam setiap kompetisinya.
"Ya saya terima saja, saya sendiri suka game terus ditawarin untuk serius. Masalah uang perjalanan, akomodasi dan lain-lain ada yang sponsorin. Kalau menang, uangnya untuk kita sementara pialanya untuk sponsor. Itu lebih enak, melakukan hal yang kita suka dan dapat uang lagi," beber Asdi yang bercita-cita kelak membuka sebuah rumah makan ini.
Akhirnya, orangtuanya pun mau menerima dan mendukung keseriusan Asdi dalam game. Kini, ia dan timnya sedang berlatih keras dan menyiapkan diri untuk menghadapi kompetisi PBC mendatang. Asdi berniat untuk membawa pulang gelar pemenang dalam kompetisi terakhirnya itu.(detiknet)
Hal ini pun selalu dipegang Hiasdinata atau akrab dipanggil Asdi. Remaja 24 tahun ini menjadi salah satufounder tim game online yang cukup populer di Indonesia -- Treu -- yang sudah ada sejak tahun 2004 dalam permainan Counter Strike dan pada tahun 2009 Treu membentuk tim lagi untuk kompetisi game Pointblank.
Tim ini sebetulnya terdiri dari lima orang. Namun karena alasan kesibukan pekerjaan, maka tinggalah Asdi dan Yulius.
Asdi sendiri memiliki kesenangan tersendiri dalam game online Point Break (PB). Beberapa kali ajang kompetisi berhasil dimenangkan oleh timnya baik dalam game PB atau game lainnya.
"Saya sendiri lebih suka PB cuma beberapa game lain seperti Audition dan Crossfire pernah saya jajali dan menang di situ," kata Adi usai bertanding melawan tim Thailand dalam kompetisi 'PlayFPS International Heroes', di MCC Hall The Mall Department Store, Ngamwongwan, Bangkok, Thailand.
Tahun 2010, lanjut Asdi, dirinya pernah menduduki peringkat ketiga World Cyber Game untuk game Crossfire di Jakarta, bersama tim yang berbeda. Sementara di tahun sebelumnya, Asdi dan kawan-kawan berhasil merebut juara pertama olimpiade game Audition di Bandung.
Anak bungsu dari tiga bersaudara ini mengaku dirinya bukanlah penggila game. Ia masih mementingkan kehidupan nyata seperti bersosialisasi dengan kawan, nongkrong, dan membuka usaha ketimbang menjadi apatis dan bermain game tanpa henti.
Namun empat tahun belakangan Asdi memantapkan niatnya untuk serius terjun di dunia game ini. Bahkan untuk memuluskan langkahnya ia rela tak menggandeng seorang perempuan agar waktunya tak terbagi dengan kaum hawa.
"Saya ini sudah empat tahun jomblo. Demi game, sengaja mantapkan hati tidak pacaran untuk sementara," ujar pria jebolan Universitas Bina Nusantara Jakarta ini mantap.
Ia baru akan mencari kekasih hati usai kompetisi Pointblank Championship bulan desember mendatang. Ia pun mendambakan seorang wanita rumahan yang tak akrab dengan dunia game seperti dirinya.
"Wanita idaman saya yang rumahan saja. Jangan yang suka main game lah biar fokus dalam rumah tangga," ujarnya, sambil tersenyum malu.
Asdi pun menceritakan sebelum serius ke dunia game, orangtuanya sempat melarang dan meminta agar ia mencari pekerjaan 'normal' seperti orang lain. Akhirnya, Asdi pun sempat bekerja di sebuah bank swasta. Tapi ia hanya betah bekerja selama dua bulan sebelum akhirnya memutuskan benar-benar fokus ke game online.
Namun apa mau dikata, bak bergayung sambut setelah ia lulus kuliah dari dua jurusan yang ia geluti yaitu Manajemen dan Sistem Informasi, seorang sponsor dari FPF menawarinya untuk serius terjun ke dunia game. Ia dan timnya pun dibiayai dalam setiap kompetisinya.
"Ya saya terima saja, saya sendiri suka game terus ditawarin untuk serius. Masalah uang perjalanan, akomodasi dan lain-lain ada yang sponsorin. Kalau menang, uangnya untuk kita sementara pialanya untuk sponsor. Itu lebih enak, melakukan hal yang kita suka dan dapat uang lagi," beber Asdi yang bercita-cita kelak membuka sebuah rumah makan ini.
Akhirnya, orangtuanya pun mau menerima dan mendukung keseriusan Asdi dalam game. Kini, ia dan timnya sedang berlatih keras dan menyiapkan diri untuk menghadapi kompetisi PBC mendatang. Asdi berniat untuk membawa pulang gelar pemenang dalam kompetisi terakhirnya itu.(detiknet)